a. Puasa
Allah SWT memerintahkan berpuasa di bulan Ramadhan sebagai salah satu rukun Islam.
Firman Allah SWT:
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS
Al-Baqarah [2]: 183).
Rasulullah SAW bersabda:
“Islam
didirikan di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak Ilah yang
berhak disembah selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah rasul Allah
SWT, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi ke
Baitul Haram.” (Muttafaqun alaih).
Puasa di bulan Ramadhan
merupakan penghapus dosa-dosa yang terdahulu apabila dilaksanakan dengan
ikhlas berdasarkan iman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT, niscaya
diampuni dosa-dosanya telah lalu.” (Muttafaqun alaih).
b. Membaca Al-Qur'an
Membaca Alquran sangat dianjurkan bagi setiap Muslim di setiap waktu dan kesempatan. Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah
Alquran, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafaat bagi ahlinya (yaitu, orang yang membaca, mempelajari dan
mengamalkannya). (HR Muslim).
Dan membaca Alquran lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, karena pada bulan itulah diturunkannya Alquran.
“(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang batil). (QS al-Baqarah [2]: 185).
Rasulullah SAW selalu
memperbanyak membaca Alquran di hari-hari Ramadhan, seperti diceritakan
dalam hadis Aisyah RA, ia berkata: “Saya tidak pernah mengetahui
Rasulullah SAW membaca Alquran semuanya, shalat sepanjang malam, dan
puasa sebulan penuh, selain di bulan Ramadhan.” (HR Ahmad).
Dalam
hadis Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan al-Bukhari, disebutkan bahwa
Rasulullah SAW melakukan tadarus Alquran bersama Jibril AS di setiap
bulan Ramadhan.
c. Mendirikan Sholat Tarawih Bersama
“Sesungguhnya
Rasulullah SAW keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di
masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi hari,
orang-orang memperbincangkannya. Ketika Nabi SWT mengerjakan shalat (di
malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang beliau. Di pagi
hari berikutnya, orang-orang kembali memperbincangkannya.
Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam masjid bertambah
banyak, lalu Rasulullah SAW keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada
malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jamaah, sehingga
Rasulullah SAW hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh. Tatkala
selesai shalat Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum Muslimin,
kemudian membaca syahadat dan bersabda, “Sesungguhnya kedudukan kalian
tidaklah sama bagiku, aku merasa khawatir ibadah ini diwajibkan kepada
kalian, lalu kalian tidak sanggup melaksanakannya.” Rasulullah SAW wafat
dan kondisinya tetap seperti ini. (HR al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah
RA).
Kemudian, pada zaman Khalifah Umar bin Khattab RA, shalat
Tarawih kembali dilakukan secara berjamaah di Masjid. Dan hal itu
disepakati oleh semua sahabat Rasulullah SAW pada masa itu. Wallahu
A'lam.
d. Menghidupkan Malam - Malan Lailatul Qadar
Lailatul
qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik dari pada seribu bulan.
Menurut pendapat paling kuat, malam kemuliaan itu terjadi di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan, terlebih lagi pada malam-malam ganjil,
yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS al-Qadar [97]: 3).
Malam
itu adalah pelebur dosa-dosa di masa lalu, Rasulullah SAW bersabda:
“Dan barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul qadar semata-mata
karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni
dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari).
Yang dimaksud dengan
menghidupkan lailatul qadar adalah dengan memperbanyak shalat malam,
membaca Alquran, zikir, berdoa, membaca shalawat, tasbih, istighfar,
i’tikaf, dan lainnya. Aisyah RA berkata, ‘Aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, jika aku mendapatkan lailatul qadar, maka apa yang aku
ucapkan? Beliau menjawab, ‘Bacalah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun, Yang suka mengampuni, ampunilah aku.”
e. Memperbanyak sedekah
Rasulullah
SAW adalah orang yang paling pemurah, dan Rasul SAW lebih pemurah lagi
di bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas RA, ia
berkata: “Rasulullah SAW adalah manusia yang paling pemurah, dan beliau
lebih pemurah lagi di bulan saat Jibril AS menemui beliau, …” (HR
Bukhari).
f. Melaksanakan ibadah umrah
Salah
satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah melaksanakan
ibadah umrah. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa nilai pahalanya sama
dengan melaksanakan ibadah haji. “Umrah di bulan Ramadhan sama dengan
ibadah haji.”
Demikianlah beberapa ibadah penting yang sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan dan telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang
mendapat taufik dari Allah SWT untuk mengamalkannya, dan mendapatkan
kebaikan serta keberkahan bulan Ramadhan.
g. Memperbanyak Itikaf
Itikaf
dalam bahasa adalah berdiam diri atau menahan diri pada suatu tempat,
tanpa memisahkan diri. Sedang dalam istilah syar’i, itikaf berarti
berdiam di Masjid untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara tertentu,
sebagaimana telah diatur oleh syariat.
Itikaf merupakan salah
satu perbuatan yang dikerjakan Rasulullah SAW, seperti yang diceritakan
oleh Aisyah RA: “Sesungguhnya Nabi SAW selalu i’tikaf pada sepuluh hari
terakhir dari bulan Ramadhan sampai meninggal dunia, kemudian
istri-istri beliau beri’tikaf sesudah beliau.” (Muttafaqun alaih).